Jangan tergesa-gesa menyelesaikan suatu urusan, tekuni dan selesaikan dengan baik.

Anas Azhar Nasim, 15 Februari 2024.


Seperti tulisan-tulisan sebelumnya saya biasa menulis menuangkan apa yang saya jumpai, alami, dan pelajari. Sekarang ini menimbang masih di usia muda dan sedang di fase semangat-semangatnya untuk terus mencari ilmu, saya mempunyai harapan di beberapa waktu mendatang yang salah satunya adalah untuk terus mencari ilmu khususnya ilmu agama di sebuah lembaga yang terstruktur seperti pondok pesantren misalnya, lagi dan lagi. Meski nanti saya telah menyelesaikan pendidikan tinggi S1, tidak menjadi masalah bagi saya kembali masuk pada lembaga pendidikan pondok pesantren untuk menimba ilmu.

Kelak saya akan menjadi seorang kepala keluarga yang mesti memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan rumah tangga mulai dari istri, anak dan sebagainya. Kemudian ditambah melihat kebutuhan masyarakat, tantangan, dan perubahan zaman yang serba-serbi, saya merasa masih sangat jauh dari kata “paham” untuk menjadi sosok yang dapat menjawab segala kebutuhan tersebut dan berguna bagi orang banyak. Pengalaman dan pemahaman saya masih terlalu sedikit.

Di samping harapan tersebut saya terlalu tidak sabar untuk berada di fase selanjutnya, sedangkan sekarang saja sedang ada tanggung jawab yang harus diselesaikan.

____

Saya sebagai seseorang yang tentu saja punya harapan emas dimasa mendatang, saya memiliki banyak langkah yang sudah saya mulai sejak saat ini. Harapan-harapan tersebut saya jadikan sebagai motivasi dalam menjalani hidup yang sementara ini, memantaskan agar bagaimana hidup ini bisa bermanfaat untuk siapa pun dan hingga kapan pun. Adapun setiap langkah yang saya pijak mulai saat ini saya jalankan sebagai ikhtiar untuk mencapai harapan-harapan tersebut. Dalam perjalanan ini barangkali sudah menjadi suratan takdir dan keputusan Allah akan dihadirkan banyak rasa sakit dan kesusahan, semoga saya selalu siap dengan segala rasa sakit dan kesusahan itu. Kita harus terus memperjuangkan apa yang harus kita perjuangkan.

Sebuah kutipan dari kitab Ta’limul Muta’allim : “Siapa saja yang mau mengetuk pintu, dan maju terus, tentu bisa masuk”.

Sejauh saya melangkah, ada langkah yang masih tertatih-tatih dan terlalu tergesa-gesa. Langkah yang tertatih-tatih disebabkan karena saya berada pada situasi dan kondisi yang baru, banyak hal yang masih harus saya biasakan dan pelajari. Dalam langkah ini saya membutuhkan sesuatu yang dapat dijadikan pegangan dan arahan, maka setiap pengalaman dari sebuah kesempatan dan perjumpaan lah yang menjadi pegangan dan arahan tersebut. Termasuk dalam langkah yang tertatih-tatih ini juga saya belajar untuk mengambil manfaat dari setiap kesempatan.

Adapun langkah yang tergesa-tergesa terjadi karena kecerobohan dan ketidaksabaran. Saya terlalu mengharapkan hasil yang cepat. Saya tidak sabar dengan buah dari usaha yang telah dilakukan. Padahal usahanya saja belum maksimal. Hingga saya menemukan sebuah nasihat ulama, saya mulai belajar untuk menghilangkan kecerobohan dan ketidaksabaran itu.

(فلا تعجل بأمرك) أي ولا تعجل في أمرك الذي تطلب حصوله (واستدمه) أمر من استدامه اذا تأنّى فيه أو تطلب دوامه (فما صلّى عصاك كمستديم)

“Janganlah engkau tergesa-gesa dalam urusanmu, senantiasalah dalam urusan tersebut (pelan-pelan), tidak ada yang dapat meluruskan tongkatmu sebagaimana orang yang selalu meluruskan tongkat”. (Kitab Ta’limul Muta’allim, hal. 24. Cet. Karya Thoha Semarang)

Tersurat pesan dalam maqolah ini, saya diingatkan agar tidak tergesa-gesa dalam setiap urusan yang pada urusan tersebut saya mengharapkan hasilnya. Sebaliknya saya perlu menyelesaikan suatu urusan dengan pelan dan hati-hati. Senantiasa dalam urusan tersebut hingga urusan tersebut dapat ditunaikan dan diselesaikan dengan baik. Pelan yang dimaksud bukan untuk menunda dan melalaikannya, melainkan sikap yang diambil untuk menghindari tergesa-gesa dan menghadirkan sikap sabar dan tekun dalam menyelesaikan urusan tersebut.

Kita tahu bahwa besi itu benda yang keras, untuk merusaknya mungkin akan lebih mudah dibandingkan dengan membentuknya menjadi sesuatu yang indah. Untuk merusaknya kita dapat melemparkan, mematahkan, atau bahkan membantingkan besi tersebut. Tetapi untuk membentuknya menjadi sesuatu yang indah tentu saja membutuhkan kehati-hatian dan kesabaran. Besi dapat dilunakkan, diluruskan, dan dibentuk dengan cara dipanaskan oleh api terlebih dahulu. Ibarat api yang dapat melunakkan tongkat besi inilah yang menjadi perumpamaan rasa sabar dalam menyelesaikan setiap urusan.

Dalam setiap usaha yang saya lakukan tidak menutup kemungkinan akan ada hasil yang tidak sesuai harapan. Sikap tergesa-gesa dalam menyelesaikan urusan akan menjadi racun yang menambah rasa sakit apabila hasil tersebut benar tidak sesuai harapan. Bila kita memahami lebih dalam, Allah telah menetapkan segala sesuatu dengan sempurna. Melangkah dengan cepat atau lambat sudah pasti akan sampai pada akhir tindakan, yaitu hasil. Jika mengharapkan hasil yang baik sudah tentu kita akan melangkah dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa.

Khusus dalam konteks ini, saya kaitkan dengan proses mencari ilmu yang sedang saya juangkan. Sejalan dengan nasihat untuk meninggalkan sikap tergesa-gesa ada juga sebuah nasihat yang menunjukkan akan kunci keberhasilan dalam mencari ilmu.