Dunya anu Fana ieu, sanes tempat kalanggengan. Jalmi silih gentos ngahuni bumi. Batas Nagara robih ti wanci ka wanci. Kabudayaan runtuh digentos ku kabudayaan anu sane.
Termasuk perubahan-perubahan anu aya dina diri urang sarerea. Anom robih barobah jadi sepuh, damang janten udur, beunghar janten miskin, dugi ka hirup janten pupus. Tapi aya hiji perkawis anu hente kenging robih dina diri urang nyaeta Iman ka Gusti Allah.
Setiap gerak-gerik kita baik saat berinteraksi dengan manusia dan makhluk lainnya atau bahkan dengan sang pencipta yaitu Allah Swt. semuanya terdapat adab dan tata cara (kayfiyah) di dalamnya. Adab dan tata cara (kayfiyah) ini diberlakukan agar kita mampu membedakan mana sesuatu yang remeh dan tidak remeh, sesuatu yang perlu dilakukan dengan hati-hati dan biasa saja, sesuatu yang ada aturan di dalamnya dan tidak.
Sebagai makhluk berakal kita tidak bisa sembarang melakukan sesuatu berdasar apa yang kita inginkan dan hendaki, contoh saja ketika kita berinteraksi dengan orang yang lebih tua, seumuran, atau lebih muda dari kita. Kepada mereka siapa pun yang lebih tua, kita berinteraksi dengannya sebagaimana kita berinteraksi kepada orang tua. Kepada mereka yang lebih muda, kita berinteraksi dengannya sebagaimana kita berinteraksi dengan adik, anak, dsb. Kepada mereka yang seumuran, kita berinteraksi dengannya sebagaimana kita berinteraksi dengan menjadikannya mereka sebagai saudara. Di dalamnya terdapat ucapan dan tindakan yang tepat.
Seperti yang disampaikan oleh Mama Pagelaran (K.H. Muhiyddin)
“Kanu kolot dimisilkeun ka bapa na, ka nu leutik diumpamakeun anakna, ka sasama dijieun dulur-dulurna...”
Lalu bagaimana dengan kita berinteraksi dengan Allah Swt. dalam shalat kita misalnya. Apakah ada hal-hal yang perlu kita perhatikan? Seperti, Bagaimana kita takbiratul ihram? Bagaimana kita ruku’? Bagaimana kita sujud? Maka tentu saja di dalamnya terdapat adab dan tata cara (kayfiyah) tertentu, terdapat praktik-praktik yang mengantarkan kepada kesempurnaan, terdapat sesuatu yang perlu dihindari, di mana hal ini telah dibahas dan disampaikan oleh para ulama.
أن حاتم الأصم كان من أصحاب الشقيق البلخي فسأله يوما قال صحبتني منذ ثلاثين سنة ما حصلت فيها؟ قال حصلت ثماني فوائد من العلم و هي تكفيني منه لأني أرجو خلاصي و نجاتي فيها فقال شقيق ما هي؟ قال حاتم الأصم ؛
الفائدة الأولى أني نظرت إلى الخلق فرأيت فلكل منهم محبوبا و معشوقا يحبه و يعشقه و بعض ذلك المحبوب يصاحبه إلى مرض الموت و بضه إلى شفير القبر ثم يرجع كله و يتركه فريدا وحيدا و لا يدخل معه في قبره منهم احد فتفكرت و قلت أفضل محبوب المرء ما يدخل في قبره و يؤانسه فيه فما وجدته غير الأعمال الصالحة فأخذتها محبوبا لي لتكون سراجا لي في قبري و تؤانسني فيه و لا تتركني فريدا
الفائدة الثانية أني رأيت الخلق يقتدون بأهوائهم و يبادرون إلى مرادات أنفسهم فتأملت قوله تعالى و أما من خاف مقام ربه و نهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى و تيقنت أن القرآن حق صادق فبادرت إلى خلاف نفسي و تشمرت لمجاهدتها و منعها عن هواها حت...ى ارتاضت لطاعة الله سبحانه و تعالى و انقادت.
الفائدة الثالثة أني رأيت كل واحد من الناس يسعى في جمع حطام الدنيا ثم يمسكه قابضا يده عليه فتأملت في قوله تعالى ما عندكم ينفد و ما عند الله باق فبذلت محصولي من الدنيا لوجه الله تعالى ففرقته بين المساكين ليكون ذخرا لي عند الله تعالى
الفائدة الرابعة أني رأيت بعض الخلق ظن شرفه و عزه في كثرة الأقوام و العشائر فاغتر بهم و زعم آخرون أنه في ثروة الأموال و كثرة الأولاد فافتخروا بها و حسب بعضهم الشرف و العز في غصب أموال الناس و ظلمهم و سفك دمائهم و اعتقدت طائفة أنه في إتلاف المال و إسرافه و تبذيره و تأملت في قوله تعالى إن أكرمكم عند الله أتقاكم فاخترت التقوى و اعتقدت أن القرآن حق صادق و ظنهم و حسبانهم كلها باطل زائل.
الفائدة الخامسة أني رأيت الناس يذم بعضهم بعضا و يغتاب بعضهم بعضا فوجدت ذلك من الحسد و الجاه و العلم فتأملت في قوله تعالى نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا فعلمت أن القسمة كانت من الله تعالى في الأزل فما حسدت أحدا و رضيت بقسمة الله سبحانه و تعالى
الفائدة السادسة أني رأيت الناس يعادي بعضهم بعضا لغرض و سبب فتأملت قوله تعالى إن الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا فعلمت أنه لا تجوز عداوة أحد غير الشيطان.
الفائدة السابعة أني رأيت كل أحد يسعى بجد و يجتهد بمبالغة لطلب القوت و المعاش بحيث يقع به في شبهة و حرام و يذل نفسه و ينقص قدره فتأملت في قوله تعالى و ما من دآبة في الأرض إلا على الله رزقها فعلمت أن رزقي على الله تعالى و قد ضمنه فاشتغلت بعبادته و قطعت طمعي عمن سواه
الفائدة الثامنة أني رأيت كل واحد معتمدا على شيء مخلوق بعضهم إلى الدينار و الدرهم و بعضهم إلى المال و الملك و بعضهم الى الحرفة و الصناعة و بعضهم إلى مخلوق مثله فتأملت في قوله تعالى و من يتوكل على الله فهو حسبه إن الله بالغ أمره قد جعل الله ل...كل شيء قدرا فتوكلت على الله فهو حسبي و نعم الوكي. فقال شقيق وفقك الله إني قد نظرت التورات و الإنجيل و الزبور و الفرقان فوجدت الكتب الأربعة تدور على هذه الفوائد الثمانية فمن عمل بها كان عاملا بهذه الكتب الأربعة. أيها الولد ص 11-13
Hatim Al Asham adalah salah satu murid Al Syaqiq Al Balkhi. Suatu hari Syaqiq bertanya kepada dia, "kamu telah bersamaku selama 30 tahun. Lalu apa yang telah kamu dapatkan?" Hatim menjawab, "saya telah mendapatkan 8 faedah dari ilmu, dan itu sudah cukup bagi saya karena saya mengharap keselamatan pada 8 faedah itu." Syaqiq bertanya, "8 faedah itu apa saja?" Hatim menjawab, " :
(Faidah pertama) saya melihat semua makhluk mempunyai sesuatu yang dicintai dan rindui. Sebagian yang dia cintai hanya menemani dia sampai dia sekarat saja. Ada yang hanya menemani sampai pinggir kubur kemudian mereka semua kembali dan meninggalkan dia sendirian tidak ikut masuk ke dalam kubur. Lalu saya berpikir, 'kekasih terbaik seseorang adalah yang ikut masuk ke dalam kubur dan membuat dia tenteram di dalamnya.' lalu saya tidak menemukannya melainkan amal Sholih saja. Kemudian saya menjadikan amal sebagai kekasih supaya dia menjadi penerang kubur dan tidak meninggalkanku sendirian.
(Faidah kedua) aku telah melihat orang2 suka mengikuti hawa nafsunya dan cepat2 melakukan keinginan dirinya. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan adapun orang yang takut pada makam Tuhannya dan mencegah dirinya dari kesenangannya, maka surga adalah tempat dia." aku yakin kalau Qur'an adalah benar dan haq. Kemudian aku bersegera untuk menentang nafsuku dan aku bersiap2 untuk memerangi dan menghalanginya dari kesenangannya hingga nafsu bisa menjadi ridha untuk taat kepada Allah dan tunduk.
(Faidah ketiga) aku melihat masing-masing orang berusaha mengumpulkan harta dunia kemudian mereka menimbunnya dengan tangannya tergenggam. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "apa yang ada pada kalian akan hancur dan apa yang ada disisi Allah adalah yang kekal." kemudian aku serahkan harta dunia yang aku peroleh untuk keridhaan Allah lalu aku bagikan kepada orang2 miskin supaya harta tersebut nanti menjadi simpananku disisi Allah.
(Faidah keempat) aku telah melihat sebagian orang yang menyangka kalau kemuliaan dia berada dalam banyaknya pengikut dan keluarga kemudian dia menjadi tertipu oleh mereka. Ada yang menyangka kalau kemuliaannya ada dalam banyaknya harta dan banyaknya anak sehingga dia membangga2kan itu semua. yang lain menyangka kalau kemuliaannya ada dalam mengambil harta orang, mendalami dan mengalirkan darah mereka. Kelompok lain berkeyakinan kalau kemuliaan mereka ada dalam menghambur2kan harta. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "sesungguhnya paling mulia kalian disisi Allah adalah yang paling bertaqwa kalian." kemudian aku memilih ketaqwaan dan aku yakin kalau Qur'an adalah haq dan benar, dan semua sangkaan mereka adalah salah dan batal..
(Faidah kelima) aku melihat orang2 saling menghina dan menggunjing. Lalu aku menemukan sebabnya adalah karena rasa hasut, kedudukan dan ilmu. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "Kami telah membagi penghidupan mereka di kehidupan dunia." ...kemudian aku tahu kalau bagian itu adalah dari Allah di zaman azali dulu. Lalu aku tidak menghasud seseorang dan aku ridha pada bagian yang Allah berikan.
(Faidah keenam) aku melihat orang2 saling memusuhi karena suatu tujuan atau sebab. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "sesungguhnya setan adalah yang menjadi musuh kalian. Maka jadikanlah dia sebagai musuh." lalu aku menjadi tahu kalau tidak diperbolehkan memusuhi seseorang pun selain setan.
(Faidah ketujuh) aku telah melihat masing-masing orang bersusah payah membanting tulang mencari makan dan penghidupan hingga mereka jatuh dalam perkara syubhat dan haram, dan mereka menghinakan diri dan menghancurkan harga dirinya. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan tidaklah dari hewan dibumi melainkan pada Allah rezekinya." kemudian aku tahu bahwa rezekiku ada pada Allah dan Dia telah menanggungnya. Lalu aku bersibuk diri beribadah kepadaNya dan aku putuskan harapanku kepada selain Dia.
(Faidah kedelapan) aku melihat masing-masing orang berpegang teguh pada sesuatu yang diciptakan. Ada yang berpegang kuat pada dinar dan dirham. Ada yang berpegang teguh pada harta dan kekuasaan. Ada yang berpegang kuat pada pekerjaannya. Dan ada yang berpegang teguh pada makhluk seperti dia. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan siapa yang berserah diri kepada Allah maka Dia yang akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah yang akan memenuhi urusannya. Sungguh Allah telah menjadikan kadar pada segala sesuatu." kemudian aku berserah diri kepada Allah. Dia adalah dzat yang mencukupiku dan yang paling baik dijadikan sebagai yang mengurusi adalah Dia."
Kemudian Syaqiq berkata, "Allah telah menolongmu. Aku telah melihat dalam taurat, Injil, Zabur dan Al Qur'an kemudian aku menemukan dalam keempat kitab itu berputar pada kedelapan faedah itu. Jadi, siapa yang mengamalkannya, maka dia telah mengamalkan keempat kitab itu.".
[Ayyuhal Walad, hlm. 11-13].
Banyak yang sangat siap untuk mengejar dan melampaui saya
Ketika saya berada di atas bukan berarti saya menang. Tampaknya roda kehidupan tidak pernah berhenti, banyak orang-orang yang sangat siap untuk mengejar dan melampaui saya. Ketika merasa sudah berhasil saya jangan lengah, jangan berhenti, kendalikan, terus memperbaiki, dan melakukan progres meskipun tidak dalam wujud yang besar.
Ketika saya berada di bawah dalam keadaan terpuruk, bukan berarti saya kalah. Tampaknya roda kehidupan tidak pernah berhenti , saya sangat mungkin untuk bangkit dan memperbaiki keadaan. Kegagalan hanya untuk mereka yang berhenti. Ketika merasa kalah, saya jangan pernah berhenti untuk terus memperbaiki dan melakukan progres meskipun tidak dalam wujud yang besar.
Pikiran kita adalah sumber kekuatan yang mempengaruhi perasaan dan tindakan kita. Perasaan dan tindakan kita saling berkaitan erat dengan bagaimana kita mengelola pikiran kita. Pikiran positif menciptakan perasaan yang positif, sedangkan pikiran negatif menciptakan perasaan yang negatif. Pikiran membentuk perasaan, perasaan membentuk tindakan, tindakan membentuk nasib. Sehingga pikiran yang baik adalah kunci memiliki nasib yang baik. Di satu sisi saya diingatkan dengan sebuah hadits qudsi, Allah berfirman :"Aku tergantung prasangka hambaku".
Haruskah kita bermadzhab?
Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, 'Kita tidak perlu mengikuti madzhab, cukup langsung berpegang pada Al-Qur'an dan Hadis'? Atau mungkin, ada yang dengan mudah membid’ahkan amalan yang telah dijalankan oleh umat Islam selama berabad-abad? Lantas, benarkah mengikuti salah satu madzhab yang empat itu tidak diperlukan? Baca selengkapnya...
Memahami Ta'rif Wajib dan Mahdzur dalam Ushul Fiqih
Para ulama Ushul Fikih mendefinisikan haram sebagai "perbuatan yang berkonsekuensi siksa" (يَتَرَتَّبُ الْعِقَابُ عَلَى فِعْلِهِ). Mereka sengaja menggunakan kata "berkonsekuensi" atau "berhak atas" siksa, bukan "pasti" disiksa.
Mengapa?/. Baca selengkapnya...
Salam Dulu atau Basmallah Dulu?
Saat mengawali sebuah ceramah atau pidato, seringkali muncul pertanyaan mengenai urutan yang lebih tepat: apakah mendahulukan ucapan salam, atau memulainya dengan basmalah?Dalam seni berbicara di hadapan publik, seperti saat berpidato atau berceramah, ada sebuah detail yang sering kali kita jumpai urutan pengucapan Basmalah dan Baca selengkapnya...
Memahami Urgensi Niat
"Betapa banyak perbuatan atau amal yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena didasari niat yang baik (ikhlas) maka menjadi atau tergolong amal-amal akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang sepertinya tergolong amal akhirat, kemudian menjadi amal dunia, karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas)". Baca selengkapnya...
Apakah Rezeki Selalu Berupa Sesuatu Yang Halal?
Pertama-tama kita bertanya: “Apa itu rezeki? Rezeki adalah apa yang dimanfaatkan. Maka, yang kamu makan adalah rezeki, yang kamu minum adalah rezeki, yang kamu pakai adalah rezeki, yang kamu gunakan untuk belajar adalah rezeki, dan sifat-sifat pembawaan (akhlak) seperti kesabaran, keberanian, dan lainnya adalah rezeki, dan setiap hal yang bisa dimanfaatkan disebut sebagai .... Baca selengkapnya...