Konsekuensi ucapan akan bergantung pada maksud dari ucapan itu sendiri.

Anas Azhar Nasim, 03 Maret 2024.


مَقَاصِدُ اللَّفْظِ عَلَى نِيَّةِ اللَّافِظِ

Salah satu Qowaidul Fiqhiyyah mengatakan “(Tujuan) Lafadz (ucapan) itu tergantung orang yang melafadzkannya (mengucapkannya)”

Contoh saja ketika ada seseorang yang mempunyai istri bernama “thalaq” (yang dicerai), atau mempunyai seorang budak perempuan bernama “Hurroh” (yang merdeka), maka ketika ia memanggil istrinya “Ya Thaliqu” (Hai perempuan yang dicerai), atau memanggil budaknya “Ya Hurrotu” (Hai budak yang merdeka). Apakah akan berkonsekuensi mencerai istrinya atau memerdekakan budaknya? Apabila ketika memanggilnya bertujuan untuk menthalaq istrinya atau memerdekakan budaknya, maka tentu saja keduanya akan terjadi. Tapi apabila bertujuan untuk memanggilnya saja karena sesuai dengan namanya, maka tidaklah jatuh thalaq terhadap istrinya atau merdeka pada budaknya.

Dalam qoidah ushul fiqih ini kita dapat mengambil pelajaran bagi kehidupan sehari-hari yang bahkan diluar konteks syariat, diluar aktivitas-aktivitas yang mengarah pada hukum syariat atau ibadah secara umum. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial tentu saja kita senantiasa berkomunikasi dengan orang lain. Pelajaran yang dapat diambil adalah keharusan bagi kita agar dapat berkomunikasi dengan baik, yakni menyampaikan dan menerima informasi dengan baik. Menyampaikan informasi dengan lugas dan jelas, bila perlu menyampaikan maksud dari setiap ucapan dan kalimat yang kita sampaikan agar tidak memberikan penafsiran lain yang diterima oleh pendengar.

Makna dan konteks suatu ucapan atau kalimat sangat penting dalam menentukan apakah ucapan  tersebut positif atau negatif, bermanfaat atau tidak, bahkan dalam beberapa keadaan ucapan dapat menjadi sebab keabsahan atau ketidak absahan sesuatu, dan sebagainya.

Sebagai individu, kita perlu mempertimbangkan etika, moral, dan nila-nilai agama ketika mengucapkan setiap kata. Ter-lagi ketika bersinggungan dengan sebuah hukum syariat yang dapat dijatuhkan melalui ucapan atau kalimat, tentu saja karena hal ini diperlukan kebijaksanaan dalam mengucapkan setiap kata yang akan disampaikan, dengan mempertimbangkan dampak yang timbul dari kata yang diucapkan tersebut.

Selain itu, sebagai pendengar setiap individu memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu hal, sehingga masing-masing dapat memberikan interpretasi yang berbeda terhadap suatu ucapan atau kalimat. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan terbuka dalam menyikapi setiap ucapan atau kalimat agar dapat memahami pesan yang disampaikan dan memberikan respons yang tepat.