Akal menunjukkan apa yang ia kehendaki, nafsu berkata apakah masih ada tambahan? Pikiran berjalan antara nafsu dan akal.
Anas Azhar Nasim, 01 Juni 2023 | direvisi pada 19 Maret 2024
Sejalan dengan waktu, perubahan-perubahan kecil maupun besar mulai tumbuh pada diri saya, baik itu perubahan ke arah yang baik atau yang belum baik. Satu hal yang jelas perubahan itu dipengaruhi oleh peran saya sendiri. Saya sempat berada pada situasi di mana saya tidak memikirkan perubahan yang terjadi pada diri saya, hal tersebut karena sejauh itu saya merasa baik-baik saja. Sangat bersyukur karena diberi lingkungan hidup yang sehat dengan segala arahan dan tuntunan.
Setelah mengenal “dunia lebih luas” ternyata banyak sekali sesuatu yang belum saya ketahui dan temui. Ketika mulai menemukan banyak hal yang baru di luar bayangan, saat itu juga kerap kali antara nafsu dan pikiran saya tidak sejalan, selalu berusaha untuk tetap baik-baik saja dan menerima keadaan dengan respon yang baik. Akal menunjukkan apa yang dikehendaki, nafsu berkata yang lain? Pikiran berjalan antara nafsu dan akal, baik pada waktu celaka atau bahagia.
Belakangan ini juga saya sering merasa berantakan, berantakan segalanya. Jam tidur yang tidak baik seperti biasanya, sehingga memengaruhi jam yang lainnya. Jam untuk belajar yang semakin kesini semakin menghilang. Jam untuk tadarus Al-Qur’an dan buku yang sering dilewatkan. Yang ada hanya scroll sosial media terussss, main game terusss sampai lupa waktu. Ah pokoknya sudah sangat tidak produktif.
Dalam renungan, saya bertanya, "Sebenarnya, siapa yang bertanggung jawab penuh atas diri saya sendiri?" Jawabannya adalah: saya sendiri. Kenapa? Saya tidak tahu persis bagaimana menjelaskannya, tetapi setelah dipikir-pikir, menurut saya, apa yang terjadi dalam hidup saya adalah hasil dari apa yang saya lakukan. "Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai", begitu kan ya?.
Meskipun apa yang terjadi pada diri saya mungkin tidak sepenuhnya, atau 100%, disebabkan oleh tindakan dan keputusan saya sendiri, tetap saja tindakan dan keputusan pribadi memiliki dampak yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, tanggung jawab penuh atas hidup saya ada pada diri saya sendiri. Saya tidak bisa terus-menerus menyalahkan segala sesuatu pada hal-hal di luar diri saya. Pada akhirnya, saya harus mampu mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang saya ambil.
Berangkat dari kesadaran ini, saya mulai menyadari betapa pentingnya mengambil kendali penuh atas diri sendiri. Hidup ini adalah serangkaian pilihan, dan setiap pilihan membawa konsekuensi. Tentu saja, ada banyak hal di luar kendali saya—keadaan, lingkungan, bahkan tindakan orang lain. Namun, bagaimana saya merespons semuanya itu adalah tanggung jawab saya sepenuhnya.
Ketika saya berhenti menyalahkan orang lain, keadaan, atau bahkan takdir, saya merasa lebih ringan. Sebab, saya paham bahwa dengan menerima tanggung jawab atas diri sendiri, saya juga memberi ruang bagi diri untuk belajar, tumbuh, dan berubah menjadi lebih baik. Saya tidak lagi menjadi korban keadaan, melainkan menjadi pencipta dari kehidupan yang saya jalani.
Mengambil tanggung jawab ini memang tidak selalu mudah. Ada kalanya saya merasa lelah, takut, bahkan ragu. Namun, saya percaya bahwa proses ini adalah bagian dari perjalanan menjadi pribadi yang lebih dewasa. Kesalahan adalah guru, kegagalan adalah pengingat, dan keberhasilan adalah bukti bahwa upaya saya tidak sia-sia.
Saya belajar untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih sabar dalam menghadapi ujian, dan lebih berani dalam menjalani hidup. Sebab, pada akhirnya, saya ingin melihat diri saya di masa depan dengan penuh kebanggaan, bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk diri saya sendiri.
Dan ketika saya mulai menerima tanggung jawab ini, saya juga merasa lebih memahami orang lain. Bahwa setiap orang memiliki perjalanan dan perjuangannya masing-masing. Alih-alih menyalahkan atau menghakimi, saya lebih memilih untuk mengulurkan pengertian, sebab saya tahu betapa beratnya memikul tanggung jawab atas diri sendiri.
Hidup adalah proses belajar yang tak pernah selesai. Tapi saya percaya, selama saya bertanggung jawab atas diri saya, saya sedang berada di jalan yang benar. Meskipun kadang langkah terasa berat, saya tahu bahwa semua ini adalah bagian dari membangun kehidupan yang lebih bermakna. Sebab, saya adalah pengemudi di jalan hidup saya sendiri.
Saya perlu belajar lebih banyak, saya perlu mendisiplinkan diri dan menilai apakah yang saya kerjakan saat ini akan berdampak baik pada masa yang akan datang. Dengan begitu maka sudah seharusnya apa yang saya kerjakan saat ini adalah sesuatu yang mampu memproduksi kebaikan dimasa yang akan datang. Saya di lima tahun kedepan harus berterimakasih pada saya yang sekarang, jangan malah sebaliknya menyesali saya yang sekarang.