Tanda-tanda Baligh

Mengurai secara mendalam tanda-tanda baligh bagi laki-laki dan perempuan, dengan merujuk secara spesifik pada penjelasan para ulama dalam khazanah fikih Mazhab Syafi'i, sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab otoritatif seperti Kasysyifatus Saja, Fathul Mu'in, dan lain semisalnya.

Seseorang dapat dihukumi baligh apabila sudah memenuhi salah satu dari empat tanda baligh: 1

Tanda pertama dan yang paling definitif adalah sempurnanya usia 15 tahun. Tanda ini berlaku secara universal bagi laki-laki dan perempuan. Menurut kesepakatan (ittifāq) ulama Syafi'iyah, apabila seseorang telah genap berusia 15 tahun, ia secara hukum dianggap telah baligh, meskipun tidak ada satu pun tanda-tanda fisiologis lain yang muncul sebelumnya. Tanda ini berfungsi sebagai jaring pengaman hukum (legal safety net) untuk memberikan kepastian hukum bagi setiap individu. Terdapat dua ketentuan penting dalam perhitungannya:

Hal ini berdasarkan Hadits Ibnu Umar, tatkala beliau diajukan kepada Nabi SAW untuk ikut berperang dalam perang Uhud saat masih berusia 14 tahun. Namun Nabi tidak merestui, karena menganggapnya belum baligh. Kemudian pada perang Khondaq, Ibnu Umar diajukan kembali kepada Nabi SAW untuk ikut berperang, saat berusia 15 tahun. Karena Nabi menganggapnya sudah baligh, maka Beliau merestuinya.2


Tanda fisiologis utama yang berlaku bagi laki-laki maupun perempuan adalah ihtilam, yaitu keluarnya air mani (manī). Dalil syar'i untuk tanda ini antara lain adalah firman Allah SWT dalam Surah An-Nur ayat 59, yang mengaitkan kondisi al-ḥulm (mimpi basah) dengan tingkat kedewasaan.

وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوْا


"Dan apabila anak anakmu sekalian telah mencapai baligh (keluar sperma), maka hendaklah mereka minta izin".



Dan Hadits Nabi SAW:

رفع الْقَلَم عَن ثَلَاثَة: عَن النَّائِم حَتَّى يَسْتَيْقِظ، وَعَن الصَّبِي حَتَّى يَحْتَلِم، وَعَن الْمَجْنُون حَتَّى يعقل.

"Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga golongan: dari orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak kecil hingga ia ihtilam (mencapai usia baligh), dan dari orang gila hingga ia kembali berakal”.

Dari ayat dan Hadits tersebut, Ulama merumuskan bahwa keluar sperma adalah salah satu tanda baligh bagi laki-laki atau perempuan. Keluar sperma bisa menjadi salah satu tanda baligh apabila anak laki-laki atau perempuan sudah berumur 9 tahun dan sperma sudah yakin terasa keluar, walaupun tidak terlihat dari luar kemaluan. Namun ia tidak dihukumi junub, kecuali apabila sperma sudah terlihat dari luar. Jika belum genap umur 9 tahun, maka seorang anak tidak bisa dihukumi baligh.

Syaikh Nawawi al-Bantani menambahkan sebuah detail yang sangat cermat. Beliau menjelaskan bahwa seseorang tetap dihukumi baligh meskipun ia hanya merasakan pergerakan mani dari tempatnya dan kemudian menahannya sehingga tidak sampai keluar dari kemaluan. Ini menunjukkan bahwa yang menjadi patokan adalah proses fisiologis internal itu sendiri, bukan semata-mata manifestasi eksternalnya.

Tanda ketiga, yang secara khusus berlaku bagi perempuan, adalah keluarnya darah haid (menstruasi). Para ulama telah bersepakat (ijmā') bahwa haid merupakan tanda baligh bagi seorang wanita. Artinya ketika seorang wanita pertama kali mengalami haidh, maka mulai saat itu ia dihukumi baligh.

Untuk mengetahui definisi dan Syarat Usia Haidh, dapat membaca nya di Dailiy Haid 2.

Meskipun kehamilan dan melahirkan secara logis menunjukkan kedewasaan reproduktif, Mazhab Syafi'i memberikan penjelasan yang sangat presisi mengenai status hukumnya sebagai tanda baligh. Bukan Tanda Primer, Melainkan Indikator: Menurut penjelasan Syaikh Nawawi al-Bantani, kehamilan (al-ḥaml) itu sendiri bukanlah tanda baligh yang berdiri sendiri ('alāmah bi dhātihā).

Bukti Adanya Tanda Primer: Sebaliknya, kehamilan adalah bukti yang tak terbantahkan (dalīl qāṭi') atau sebuah indikator (amārah) bahwa salah satu tanda primer baligh yaitu keluarnya mani (inzāl) yang menyebabkan pembuahan telah terjadi sebelumnya.

Penalaran ini didasarkan pada prinsip kausalitas. Karena secara biologis kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa adanya pertemuan sel sperma dan sel telur yang matang, maka terjadinya kehamilan secara hukum membuktikan bahwa perempuan tersebut telah mencapai kematangan reproduktif dan telah mengalami emisi yang diperlukan untuk konsepsi. Dengan demikian, status baligh-nya telah dimulai sejak saat terjadinya emisi tersebut, bukan baru pada saat kehamilannya diketahui. Hal ini mencegah inkonsistensi hukum dan menegaskan bahwa yang menjadi patokan adalah peristiwa fisiologis yang menjadi sebab, bukan akibatnya.

Ketika wanita sudah melahirkan maka wanita tersebut dihukumi baligh semenjak 6 bulan lebih sedikit sebelum melahirkan.3

_____

Referensi 1:

(وَالْبُلُوغُ) يَحْصُلُ (بِاسْتِكْمَالِ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً) قَمَرِيَّةً تَحْدِيدِيَّةً حَتَّى لَوْ نَقَصَتْ يَوْمًا لَمْ يُحْكَمْ بِبُلُوغِهِ، وَابْتِدَاؤُهَا مِنْ انْفِصَالِ جَمِيعِ الْوَلَدِ لِخَبَرِ ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - «عُرِضْت عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَوْمَ أُحُدٍ وَأَنَا ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً فَلَمْ يُجِزْنِي وَلَمْ يَرَنِي بَلَغْت، وَعُرِضْت عَلَيْهِ يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَأَنَا ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فَأَجَازَنِي وَرَآنِي بَلَغْت» وَمُرَادُهُ بِقَوْلِهِ «وَأَنَا ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً» : أَيْ طَعَنْت فِيهَا، وَبِقَوْلِهِ وَأَنَا ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً أَيْ اسْتَكْمَلْتهَا؛ لِأَنَّ غَزْوَةَ أُحُدٍ كَانَتْ فِي شَوَّالٍ سَنَةَ ثَلَاثٍ.

وَالْخَنْدَقِ فِي جُمَادَى سَنَةَ خَمْسٍ وَقَدْ قَالَ الْقَمُولِيُّ: عَنْ الشَّافِعِيِّ «إنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - رَدَّ سَبْعَةَ عَشَرَ صَحَابِيًّا وَهُمْ أَبْنَاءُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً؛ لِأَنَّهُ لَمْ يَرَهُمْ بَلَغُوا، وَعُرِضُوا عَلَيْهِ وَهُمْ أَبْنَاءُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فَأَجَازَهُمْ، مِنْهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَرَافِعُ بْنُ خَدِيجٍ وَابْنُ عُمَرَ» (أَوْ خُرُوجُ الْمَنِيِّ) لِوَقْتِ إمْكَانِهِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى لِقَوْلِهِ تَعَالَى {وَإِذَا بَلَغَ الأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا} [النور: ٥٩] وَخَبَرُ «رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ: عَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ» . 

Referensi 2:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ عَرَضَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ فِي الْقِتَالِ وَأَنَا ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً فَلَمْ يُجِزْنِي وَعَرَضَنِي يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَأَنَا ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً فَأَجَازَنِي قَالَ نَافِعٌ فَقَدِمْتُ عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَهُوَ يَوْمَئِذٍ خَلِيفَةٌ فَحَدَّثْتُهُ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّ هَذَا لَحَدٌّ بَيْنَ الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ فَكَتَبَ إِلَى عُمَّالِهِ أَنْ يَفْرِضُوا لِمَنْ كَانَ ابْنَ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً وَمَنْ كَانَ دُونَ ذَلِكَ فَاجْعَلُوهُ فِي الْعِيَالِ و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ وَعَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ سُلَيْمَانَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ جَمِيعًا عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِهِمْ وَأَنَا ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً فَاسْتَصْغَرَنِي


Referensi 3:

وَتَزِيدُ الْمَرْأَةُ عَلَيْهِ (حَيْضًا) لِوَقْتِ إمْكَانِهِ السَّابِقِ بِالْإِجْمَاعِ (وَحَبَلًا) وَعَبَّرَ غَيْرُهُ بِالْوِلَادَةِ وَكُلٌّ مِنْهُمَا لَيْسَ بُلُوغًا، وَإِنَّمَا الْبُلُوغُ بِالْإِنْزَالِ، وَالْوِلَادَةُ الْمَسْبُوقَةُ بِالْحَبَلِ دَلِيلٌ عَلَيْهِ، وَمِنْ ثَمَّ يُحْكَمُ بِالْبُلُوغِ قَبْلَهَا بِسِتَّةِ أَشْهُرٍ وَلَحْظَةٍ.

(فَرْعٌ) إمْكَانُ إنْزَالِهَا كَإِمْكَانِ حَيْضِهَا، وَقَدْ عَلِمْته بِخِلَافِ إمْكَانِ إنْزَالِ الصَّبِيِّ، فَإِنَّ التِّسْعَ فِيهِ تَحْدِيدِيَّةٌ فَلَا بُدَّ مِنْ تَمَامِهَا لِحَرَارَةِ طَبْعِهَا كَذَا قِيلَ وَالْمُعْتَمَدُ أَنَّ إنْزَالَهَا كَإِنْزَالِهِ اهـ ح ل وَمِثْلُهُ شَرْحُ م ر فَلَوْ رَأَتْ الْمَنِيَّ قَبْلَ تَمَامِ التِّسْعِ فَلَا يَكُونُ مَنِيًّا وَلَا يُحْكَمُ بِبُلُوغِهَا عَلَى الْمُعْتَمَدِ؛ لِأَنَّهُ تَحْدِيدٌ وَلَا فَرْق فِيهِ بَيْنَ الصَّبِيِّ وَالصَّبِيَّةِ بِخِلَافِ الْحَيْضِ فَهُوَ تَقْرِيبٌ وَهَذَا مَا اعْتَمَدَهُ الرَّمْلِيُّ فِي بَابِ الْحَجْرِ، وَإِنْ خَالَفَهُ هُنَا.